Al Quran Surat An Nisa ayat 171

Al Quran Surat An Nisa ayat 171

يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۖ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ ۘ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا \

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

Kamis, 27 Desember 2012

Antara Paus dan Martin Luther

Antara Paus dan Martin Luther


pope_52712 
Kita berimajinasi tentang apa yang terjadi pada sejarah gereja :
Pada mulanya adalah Petrus yang dikasih wewenang untuk memegang kunci surga oleh Yesus Kristus :
Mat 16:18-19 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”


Merasa memegang amanah suci, Petrus meneruskan ‘hak waris’ pemegang kunci surga ini kepada penerusnya, maka muncul-lah dinasti Paus di Katolik Roma yang mewarisi hak pemegang kunci surga. Masalahnya : ternyata Paus-Paus tersebut adalah manusia biasa yang tidak terlepas dari dosa, dan ironisnya sebagai pemegang kunci surga juga punya hak untuk menghapus dosa, seperti tercantum dalam kitab suci :
Yoh. 20:23 Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Bayangkan, para Paus ini bisa menentukan seseorang masuk surga atau tidak, dia bilang anda selamat maka anda akan selamat, dia bilang anda tetap berdosa maka anda akan tetap berdosa, tidak ada jalan lain untuk menghapus dosa anda. Namun Paus tentu tidak sendirian, karena gereja adalah suatu lembaga yang di isi oleh banyak perangkat dan orang, tidak mungkin Paus bisa menjalankan ‘roda administrasi’ memegang kunci surga sendirian, maka Paus dibantu oleh para Uskup, Kardinal, Pastor yang dilimpahkan ‘cipratan’ wewenang untuk menghapus dosa. Celakanya semua perangkat gereja tersebut manusia biasa juga yang tidak luput dari dosa.

Lalu Paus yang berdosa bilang sama Uskup :”Sekarang saya yang pegang kunci surga dan dikasih kuasa untuk menghapus dosa, mau nggak dosa anda saya hapus..??”, tentu saja si Uskup mau, lalu Paus bilang :”Tapi nanti kunci surganya saya delegasikan ke kamu yaa..?? supaya kamu juga menghapus dosa saya…”, nah…win-win solution namanya, dua-duanya happy.. Lalu Paus kongkalingkong sama Uskup :” Kita bikin proyek penghapusan dosa yuk…, umat khan banyak yang butuh, lhaa..namanya mereka manusia biasa pasti banyak dosa dan ingin supaya dosanya dihapus juga..”, ada demand ada bisnis, maka gereja katolik mengarang-ngarang ritual untuk menghapus dosa, karena namanya proyek tentu harus ada dukungan dana, si jemaat yang memang butuh supaya dosanya dihapus nggak bakalan mikir untuk mengeluarkan biaya berapapun agar dosanya terhapus dan melenggang masuk surga. Semua happy, Paus dan Uskup kenyang, gereja bisa berjalan, si jemaat juga puas.

Lalu datang Matin Luther, sebagai orang yang cerdas dia melihat ini sudah menyimpang dari kebenaran, surga sudah dikangkangi oleh gereja dan oknum-oknumnya, ternyata wewenang pemegang kunci surga yang diberikan Yesus Kristus mengakibatkan, bukan malah menghasilkan kebaikan dan keselamatan bagi semua orang, sebaliknya justru dijadikan alat untuk membuat dosa-dosa baru, yang kemudian bisa dihapus oleh gereja. Setali tiga uang dengan kelakuan gereja sendiri, merasa sebagai pemegang kunci surga, perbuatan dosa makin menjadi-jadi, toh..bisa saling menghapus dosa. Maka Martin Luther mengeluarkan ajaran : semua orang berhak untuk menghapus dosanya sendiri, tidak ada itu wewenang gereja untuk menentukan kita berdosa atau tidak, yang menentukan adalah Tuhan sendiri, keselamatan adalah semata-mata merupakan anugerah Tuhan, dan itu didapat karena adanya iman dalam dada. Kelakuan gereja Katolik sami mawon dengan kelakuan Yahudi dalam menentukan keselamatan mereka, Luther juga punya dasar alkitabiyah :

Gal. 3:12 Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya.

Rm. 3:28 Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.

Ef. 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

Tidak masuk akal para manusia berdosa seperti Paus dan Uskup bisa memegang kunci surga. Apa bedanya gereja Katolik dengan Yahudi kalau begitu..?? apa bedanya para Paus dan Uskup dengan Imam Yahudi, dua-duanya sama-sama memonopoli keselamatan melalui ritual yang harus dijalankan. Lalu bagaimana caranya..?? Sayang sekali Martin Luther waktu itu tidak melirik kepada ajaran Islam yang mengajarkan keseimbangan antara iman dan amal baik sebagai syarat masuk surga, bahwa keselamatan diperoleh karena adanya ‘interaksi’ antara anugerah Tuhan dan usaha manusia.

Luther bereaksi terhadap kebobrokan gereja Katolik, bergerak dari satu titik ekstrim ke titik ekstrim lain. Hasil pikiran ini menghasilkan ajang bisnis baru di dunia Kekristenan : Proyek Iman. Kalau memang surga didapat hanya karena iman, lalu bagaimana menentukan bahwa kita saat ini benar-benar sudah beriman..?? ketika seseorang telah menyatakan dirinya sudah beriman maka dikatakan orang tersebut sudah ‘terlahir baru’, berubah dari manusia berdosa menjadi orang yang selalu dibawah naungan Tuhan. Cuma masalahnya : sebagai manusia tetap saja edan-eling, kadang sadar, dilain waktu ngawur lagi, emang sih…kuantitas dan kualitas perbuatan dosa sudah jauh berkurang dibandingkan ‘masa jahiliyah’ dulu, tapi hati tetap bertanya : saya ini sudah selamat apa belum yaa..?? Pengikut Martin Luther butuh kepastian, maka : ada demand tentu ada bisnis. Muncul-lah orang-orang yang mengaku sudah terlahir baru dan menyatakan bisa mengukuhkan dan memastikan seseorang sudah beriman atau belum. Karena ini menyangkut objek yang abstrak dan tidak bisa diuji secara eksak, maka sulit untuk menentukan ‘standard keselamatan’. Orang-orang ini bikin gereja sendiri, sewa ruko atau rukan, yang punya modal cukup, bisa bikin bangunan megah dan menyewa stasiun televisi untuk menyebarkan kemampuannya mengukuhkan iman. Ini semua memerlukan dana yang tidak sedikit untuk sewa atau beli bangunan, bayar sound system dan sewa jam tayang ditelevisi, termasuk tentunya buat gaji si pengelola untuk nafkah hidup dia dan keluarganya. Maka teknik-teknik berkhotbah dipelajari dan didalami supaya bisa meraup banyak pengikut, kalau perlu sedikit demonstrasi mukjizat, boleh pakai sulap atau trik-trik lainnya semisal orang lumpuh tiba-tiba bisa jalan. Tentu saja hal ini ditangkap oleh pengikut Kristen yang memang membutuhkan kepastian keselamatannya. Uang bukan masalah untuk membeli keselamatan, terjadi lagi win-win solution, si pendeta happy, jemaat juga senang. Nasib umat Kristen Ibarat : “Keluar dari mulut harimau, masuk mulut buaya”.

Umat Islam sebenarnya prihatin melihat nasib yang dialami saudara-saudara mereka ini, terlihat adanya kebingungan dan kesesatan, bahkan sekalipun dilihat dari sisi akal sehat, namun saudara-saudara Kristen mereka ini banyak yang tidak menyadarinya, atau ada juga sebagian sebenarnya punya kesadaran telah tersesat, namun gengsi untuk mengakui, lalu bersikap ‘pura-pura tidak tersesat’. Ini juga sikap yang menimbulkan keprihatinan karena yang dipertaruhkan adalah nasibnya kelak di akherat, dan yang akan mengalaminya tentu si Kristen itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.