Berikut adalah beberapa korban genosida Muslim sepanjang sejarah, sebagaimana dirilis oleh By The Canadian Islamic Congress:
70.000
penduduk Yerusalem, sebagian besar umat Islam, dibantai oleh Tentara
Salib Eropa pada tanggal 15 Juli 1099, pembantaian itu menyebabkan
banjir darah sedalam pergelangan kaki.
Setelah
pembantaian Antiokhia oleh Tentara Salib Eropa pada Juni 1098 dimana
tak ada seorang Muslimpun masih hidup. Pembantaian juga terjadi di
Asklan (1099), Aka (1104), Antiokhia (1098), Beruit (1110) dan Tropolie
(1102).
Masa Inkuisisi di Spanyol dan
Portugal (1834), pilihan bagi umat Islam adalah pergi, konversi atau
dibakar di tiang. Keputusan tersebut baru dicabut pada 15 Juli 1834,
setelah semua Muslim terbunuh atau lari. Pembantaian Muslim juga terjadi
di Toledo (1085), Lisbon (1147), Cordoba (1236), Seville (1248), Maria
(1266) dan Granada (1492).
Mongol
membantai jutaan Muslim di India, Persia, Irak dan Asia Tengah, termasuk
membantai Khalifah Abbasia dan pejabat-nya (1219-1260). Peristiwa the
Sack of Baghdad (13 Februari 1258) membantai penduduk selama lebih dari
17 hari di mana dua juta umat Islam dibantai di sana.
Di
Bosnia, Kosovo dan Chechnya (1992-sekarang), lebih dari 200.000 Muslim
dibantai dan lebih dari 1,5 juta Muslim terluka, menjadi tunawisma atau
diasingkan. Lebih dari 50.000 muslim wanita dan anak perempuan
diperkosa.
Masa awal berdirinya
Amerika, sekitar 15 juta orang Afrika dibawa sebagai budak ke Amerika.
Lebih dari setengahnya adalah Muslim. Lebih dari 3 juta tewas di laut,
lebih dari setengahnya adalah Muslim.
Setelah
pembantaian Deir Yassin, Palestina, 9-10 April 1948, dimana 250 dibunuh
oleh pemukim Yahudi bersenjata, sekitar 100 ribu meninggalkan rumah
mereka karena ketakutan. Dan saat ini lebih dari 3 juta warga Palestina
menjadi pengungsi atau dan orang-orang buangan.
Tentara Israel Letnan Dunhan melaporkan kepada petugas perintahnya, setelah 29 Oktober 1956 pada pembantaian Kafr Qasem,” 43 telah ditembak tidak termasuk 15 yang dari Arab, sulit untuk dihitung …”
Selama
15-18 September 1982, milisi Phalagist yang didukung Israel membantai
50.000 orang Palestina, diperkirakan di kamp pengungsi Sabra dan Shatila
di Libanon.
Selama tahun 1932-1957,
di kamp konsentrasi Vorkuta Arktik, Rusia, sebanyak 6 juta orang
meninggal dan lebih dari sepertiganya adalah Muslim.
Pada
tanggal 25 Februari 1994, warga Yahudi menembak mati dengan darah
dingin sebanyak 60 Muslim di Masjid Ibrahimi, Hebron. Selanjutnya tiga
puluh orang lebih meninggal ketika mereka berdemonstrasi menentang
pembantaian tersebut.
Pada tanggal 16
Maret 1988, di kota Kurdi Halabja (populasi 45.000), Irak, dibombardir
dengan senjata kimia (oleh rezim Saddam Husain). 5.000 orang
diperkirakan meninggal dan 1.000 lainnya mengalami luka serius.
Selama
8 tahun terakhir, pasca invasi Amerika ke Irak, seluruh penduduk Irak
berada dalam kondisi horror, lebih dari 1 juta meninggal termasuk
575.000 anak-anak.
Ribuan Muslim dibantai di Filipina, Kashmir dan Thailand (sejak 1970′s-sekarang).
Pada tanggal 18 April 1996, lebih dari 100 Muslim dibantai di kompleks PBB di Qana, Lebanon oleh tentara Israel.
Jutaan warga sipil Muslim dibantai oleh kekuatan kekaisaran Eropa di Afrika dan Asia, termasuk selama penjajahan di Indonesia (1500 ke 1900-an).
Ratusan ribu Muslim dibantai selama dan sebelum partisi India pada 1940-an.
Ribuan
warga sipil Muslim menjadi korban pemboman Israel dan pemboman di
Lebanon Selatan selama 26 tahun terakhir. Ratusan ribu orang mengungsi.
Seorang
ulama salafy Mesir, Syaikh Muhammad Hasan berkata bahwa: “Saya berpesan
kepada saudaraku umat Nashrani Koptik: “Demi Tuhan yang memiliki
Ka’bah! Sungguh kalian hidup bersama kami berabad-abad dan kalian akan
tetap hidup bersama kami berabad-abad lagi ke depannya dengan aman,
tentram di bawah syariat Allah swt. dan Rasul-Nya, karena pengikut
syariah tidak akan rela kezhaliman menimpa kalian selamanya, karena
kalian adalah wasiat Nabi Muhammad saw., kami dan kalian menaiki bahtera
satu, jika bahtera ini selamat, maka kita semua akan selamat, jika
bahtera ini hancur maka kita semua hancur.”
Dalam
peperangan Tartar di negeri Syiria banyak orang-orang Islam, Yahudi,
dan Nashrani menjadi tawanan pasukan Tartar. Syaikh Ibnu Taimiyah dengan
gagah berani menemui pemimpin Tartar untuk membicarakan persoalan
tawanan dan pembebasan tawanan mereka. Pemimpin Tartar mengabulkan
pembebasan tawanan kaum muslimin saja, tidak dengan kaum Nashrani dan
Yahudi. Namun Syaikh, yang di dunia Barat dikenal sebagai ulama
fundamentalis-ekstrimis, menolak! Ia berkata: “Yang harus dibebaskan
adalah semua tawanan yang ada pada Anda, termasuk kaum Yahudi dan
Nashrani. Mereka ini adalah ahli dzimmah kami. Kami tidak akan
membiarkan seorang tawanan pun baik dari ahli dzimmah maupun ahli
millah.” (lihat buku Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok karya Dr.
Musthafa As Siba’i, lihat juga buku Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah karya
Abul Hasan Ali An Nadwi ).
Bila kita
melacak sejarah Islam dan agama lain, niscaya kita akan temukan bahwa
Islam adalah agama yang paling terbuka dalam menyikapi perbedaan. Dalam
kitab “Futuhul Buldan”, Al-Baladzuri mengungkapkan bagaimana Nabi Saw
dengan piagam Madinah-nya, bukan saja menerima hidup berdampingan dengan
non muslim, tetapi juga mengakui keberadaan tempat ibadah mereka. Lebih
jauhnya, Al-Baladzuri menulis bahwa ketika penaklukan kerajaan Romawi,
tak ada satupun gereja yang diruntuhkan oleh pasukan muslim. Bahkan
gereja kristen koptik di Mesir, masih kita lihat megah berdiri dari
sejak pembangunannya pada masa dinasti Umayyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.